Mantan Bos Yakuza Jepang: Perekonomian Indonesia di Bawah Tanah Diperkirakan 20 Persen dari GDP

Mantan pimpinan Yakuza afiliasi Yamaguchigumi, Sugawara Ushio (53), bos Watanabe gumi dan salah satu pimpinan Sato gumi, baru saja menerbitkan buku barunya Under Protocol.

Buku ini memperkirakan perekonomian bawah tanah Indonesia, tidak terdaftar di perpajakan sekitar 20 persen dari GDP saat ini (GDP3500) atau mencapai sekitar 175 miliar dolar AS.

“Perekonomian di bawah tanah di Indonesia saat ini mungkin sekitar 175 miliar dolar AS yang tidak terdaftar di kantor pajak Indonesia,” kata Sugawara atau biasa dikenal dengan nama Neko Kumicho kepada JIEF, Selasa (1/3/2018).

Sugawara, Rabu (28/2/2018) secara resmi menerbitkan bukunya yang ke-4 terbaru dengan judul Under Protocol berbicara mengenai perekonomian bawah tanah (chika keizai) yang ada khususnya di Jepang.

Perekonomian bawah tanah bukan hanya uang yang berputar di kalangan preman atau kelompok penjahat, tetapi di kalangan masyarakat biasa.

Misalnya terima uang korupsi dan sebagainya, juga termasuk perekonomian bawah tanah.

“Apabila Indonesia semakin maju, maka uang bawah tanah itu akan semakin berkurang,” kata dia.

Sugawara dengan mudah menjelaskan mengggunakan contoh pihak kepolisian.

“Saat ini kan banyak polisi terima uang korupsi karena gajinya kurang. Tapi kalau gajinya meningkat bagus, kehidupan berkecukupan, ngapain lagi korupsi? Disamping hukum akan semakin ketat pula dan sanksi hukum akan sangat berat nantinya.

Jadi semua akan bayar pajak dengan baik karena memang hidup telah berkecukupan dengan gaji yang ada, tak perlu cari-cari uang bawah tangan,” ungkapnya.

Dengan perekonomian semakin baik di Indonesia Sugawara dengan sangat yakin melihat uang bawah tanah akan semakin kecil, tetapi pasti tetap ada.

“Jadi bagaimana mensejahterakan rakyat Indonesia sebenarnya menjadi kunci keberhasilan perkembangan ekonomi Indonesia nantinya,” kata dia.

Ekonomi Indonesia maju, gaji tinggi, hidup rakyat enak, otomatis bayar pajak pun dengan baik, peraturan semakin ketat, rasanya orang yang mau “menyeleweng” akan semkin sedikit.

“Ngapain saya nyeleweng cari uang bawah tanah kalau hidup sudah cukup, sedangkan risiko hukum sangat berat bila ketahuan. Daripada pusing pasti kebanyakan tak mau melakukannya,” jelasnya lagi.

Di negara Afrika perekonomian bawah tanah lebih parah lagi bisa mencapai 50 persen dari GDP atau bahkan mungkin lebih.

“Itulah sebabnya perekonomian di Afrika tak bisa maju-maju sampai kini karena banyak uang di bawah tanah yang tidak jelas dan tidak tercatat di pemerintah. Karena pihak pejabat pemerintah juga gila-gilaan melakukannya untuk kepentingan pribadinya,” tambahnya.

Sedangkan di negara maju seperti Eropa sekitar 8 persen dari GDP adalah perekonomian bawah tanah.

“Tapi khusus untuk Inggris mereka mengumumkan perekonomian bawah tanahnya dan memasukkan ke dalam perhitungan GDP nya, tidak seperti Jepang atau Amerika Serikat yang tak melihat dan tak memperhitungkan perekonomian bawah tanahnya,” kata dia.

Di Jepang sendiri perekonomian yang katanya bersih tetapi chika keizai-nya mencapai sekitar 4 persen dan juga Amerika Serikat diperkirakannya juga sekitar 4 persen dari GDP negara tersebut.

Info lengkap yakuza dapat dibaca di www.yakuza.in.

Be the first to comment

Leave a Reply