Foto Pendekar Batak Jadi Viral di Media Sosial Jepang

Foto pendekar Batak Sumatera Utara yang dibuat tahun 1870 oleh Kristen Feilberg atau Christen Schjellerup Feilberg (1839-1919), seorang fotografer Denmark, menjadi viral di komunitas orang Jepang medsos saat ini.

Pembicaraan suku bangsa ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melarang tujuh warga negara masuk ke AS baru-baru ini.

Warga Jepang menganggap hal itu sebagai tindakan diskriminasi AS kepada bangsa lain. Namun ada pula yang enganggap Trump sebagai pendekar AS memperjuangkan hanya demi negaranya.

Dari sanalah beberapa warga Jepang mencari tahu berbagai suku bangsa termasuk menemukan foto Feilberg tersebut.

Seorang warga Jepang, Kitamura kepada JIEF, Jumat (10/2/2017) menganggap foto tersebut bagus dan bukti Indonesia bisa menghargai berbagai suku bangsa sampai saat ini.

“Saya suka Indonesia karena beragam tetapi hidup rukun hingga kini,” paparnya.

Beberapa warga lain menganggap Jepang perlu jadi nasionalis seperti Trump yang tampaknya dianggap menjaga sepenuhnya kedaulatan AS dengan membatasi diri agar terorisme dan hal-hal ilegal terjauhkan di negara tersebut.

Pada tahun 1860-an sampai 1890-an, Feilberg berpartisipasi dalam ekspedisi ke Sumatera, Singapura, dan Penang.
Pada tahun 1867, dia memamerkan foto di Paris World Exposition dan sekitar tahun 1870 dia bergabung dengan sebuah ekspedisi ke tanah Batak dari Sumatera Timur dengan penjelajah Belanda C de Haan dan kembali dengan 45 sukses “photogrammes”.

Kristen Feilberg lahir pada 26 Agustus 1839 di Vester Vedsted dekat Ribe di barat Jutland, Denmark.

Ia adalah putra dari Nikolai Laurentius Feilberg, seorang pemuka agama terkenal, dan Conradine Antonette Caroline Købke.

Dia dilatih sebagai seorang fotografer dan hidup di Hindia Timur.

Setelah menyerahkan mimpinya menjadi seorang pelukis, dia mengikuti kakaknya ke Singapura pada tahun 1862 di mana ia bekerja sebagai agen tembakau dan sebagian lagi menjadi fotografer.

Pada tahun 1864, Feilberg bersama-sama dengan Agustus Sachtler mengambil alih studio fotografi di Singapura dikenal sebagai Sachtler & Co.

Segera setelah itu, bersama-sama dengan E Hermann Sachtler, ia mendirikan kantor cabang di Penang.

Pada tahun 1867, Feilberg mendirikan studio sendiri di Penang dan, pada tahun yang sama, dipamerkan 15 gambar dari Penang dan Ceylon di Paris World Exposition.

Dia juga menghasilkan 10 foto bagian panorama Penang diambil dari rumah Edinburgh.

Foto-foto paling awal dari Sumatera Timur diambil oleh Feilberg pada tahun 1869. Dianggap kualitas sangat baik termasuk potret sekelompok pekerja di perkebunan tembakau terpadu seperti yang di Arendsburg.

Foto tersebut disajikan dalam tiga album berjudul “Views” di Royal Tropical Institute.

Pada akhir tahun 1860 atau awal 1870-an, Feilberg membuat tur fotografi Sumatera.

Pada tahun 1867, dia sudah di Deli dan dia kembali ke sana pada tahun 1880.

Pada bulan September tahun itu, ia bergabung dengan sebuah ekspedisi dengan C de Haan yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menjelajahi daerah di pedalaman sekitar Danau Toba di mana ia memotret lanskap dan orang-orang Batak, termasuk para pangeran hirarkis.

Memotret Danau Toba adalah sebuah prestasi yang mirip dengan penemuan Danau Victoria di tahun 1858.

Meskipun banyak kendala, Feilberg mampu merekam geografi wilayah, suatu prestasi yang sangat dihargai oleh de Haan yang berbicara tentang keindahan pemandangan.

Pada tahun 1880-an, ia kembali bekerja sebagai fotografer di Singapura.

Dia juga bekerja sebagai pembeli untuk Denmark East Asiatic Company.

Beberapa saat setelah tahun 1880, dia menghabiskan beberapa tahun di Denmark di mana ia juga bekerja sebagai fotografer.

Pada tahun 1890, ia kembali ke Singapura di mana ia bekerja untuk beberapa studio foto.

Dia juga harus mengambil bagian dalam sebuah ekspedisi ke Kalimantan yang dibuktikan dengan fotonya berupa perempuan Dayak dari daerah tengah pulau.

Skor dari foto-foto Feilberg ini dari koleksi di Tropenmuseum di Amsterdam dapat diakses di Wikimedia Commons serta di Tropenmuseum.

Pada tanggal 1 Mei 1865, Feilberg menikahi Emma Alice Mac-Intine, Skotlandia Indonesia dan memiliki seorang putri, Emma, di George Town, Penang.

Sang ibu meninggal tak lama setelah melahirkan pada bulan Maret 1866.

Pada tahun 1876, ia menikahi Anna Eleonora Sophie Lassen tapi pernikahan itu tidak berhasil dan ia kembali ke Denmark.

Mereka memiliki satu anak, Hjalmar, yang lahir pada tahun 1877 di Medan-Deli, Sumatera tapi meninggal pada usia 2 di Holbæk.

Feilberg meninggal di Singapura pada tahun 1919.

Be the first to comment

Leave a Reply